Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dalam Dimensi Intelektual Silahkan Bertanya, Spiritual Jangan Harus Yakin

Dalam urusan intelektual silahkan bertanya, spiritual jangan - Esensi penciptaan manusia adalah Kalbu, yang dalam bahasa arabnya adalah Qolbu. Siapapun orangnya yang menggunakan kalbunya maka dia akan terbentuk karakter tunduk. Baik dan buruk, hitam dan putih, bahagia dan derita, pahit dan manis dalam kehidupannya akan dia terima dengan senang hati. 

Inilah yang disebut Hanifan Muslimah yaitu orang-orang yang berkecenderungan berserah, pasrah, alias tunduk kepada kodrat Allah.

Tetapi kita sebagai manusia diberikan juga akal, dengan akal ini kita bisa merekayasa apapun, baik itu yang berwujud seperti pesawat terbang, kendaraan darat, laut dan sebagaimnya.

Bahkan dengan akal yang bersifat imajiner saya kita bisa merekayasanya supaya menjadi mewujud.

Mereka yang hidup dialama pikirannya yang paling kaya adalah mereka yang sudah bisa membuka pola pikir kesadarannya.


Dalam Dimensi Intelektual Silahkan Bertanya, Spiritual Jangan Harus Yakin


Semua bagian alam semesta tunduk pada hukum kodrati, angka selalu tunduk pada kesepakatan Matematika. Satu tambah satu sama dengan dua, tidak bisa dirubah kodratnya.

>>> Meningkatkan Kualitas Finansial (Edukasi Finansial) <<<<

Waktu mengalir lurus dari masa silam menuju masa depan, sesudah Jumat pasti Sabtu, tidak bisa dibelokkan dulu ke hari Senin, lalu Sabtunya dilewati Senin.

Planet selalu tunduk pada tarikan gaya elektromagnetik bumi, sedangkan planet-planet tunduk pada gaya gravitasi matahari.

Tetapi apapun teorinya yang jelas planet-planet untuk berada di orbitnya masing-masing, bahkan iblis pun sebenarnya telah tunduk pada kodratnya, karena ini iblis tidak pernah terdengar mengajak pada kebaikan, karena kodrat iblis memang mengajak kepada keburukan.

Kenapa alam semesta tunduk? Sebab alam semesta berpikir siang dan malam sepanjang waktu. 

Membaca berkenaan dengan kesadaran hati, jika hati sadar maka perilaku kita cenderung Hanifan Musliman "selalu menghadapkan wajahnya kepada Tuhan" 

Artinya tunduk pada wajahNya , alam semesta tunduk pada kodratNya. Karena alam semesta berpikir-pikir adalah kesadaran hati, sebab ini perilaku alam semesta adalah tunduk, maka ini pusat alam semesta dioperasikan dari sistem hati.

Hati yang digetarkan untuk berdzikir!

Kapan hati kita dzikir munculnya perilaku ketundukan, sebab ini dzikir alam semesta adalah dzikir secara perilaku. 

Siapapun Anda yang telah Dzikir maka perilakunya sama seperti perilaku alam semesta yakni tunduk, karena ini esensi keterciptaan manusia adalah Kalbu dalam bahasa Arab Qolbun.

Siapapun yang menggunakan kalbunya dia akan terbentuk dalam karakter itu, baik dan buruk, hitam dan putih, bahagia dan derita dalam kehidupan, akan dia terima dengan tunduk.

Itulah yang disebut "Hanifan Musliman" yakni orang-orang yang berkecenderungan berserah, pasrah, alias tunduk kepada kodrat Tuhan.

Namun makhluk bernama manusia dilengkapi juga dengan akal, dengan akal Anda bisa merekayasa segala sesuatu, jangankan merekayasa yang riil agar-agar terwujud. Seperti bagaimana agar besi bisa terbang sebagai pesawat.

Serekayasa yang imajiner agar terwujud, juga bisa Superman bisa terbang di Matahari sudah ada filmnya.

Ini fungsi akal akan punya kecerdasan.

Maka akan selalu bertanya di level indraku, akal sangat baik selalu bertanya dan mendalami, mencari jawaban dan jalan keluar.

Dari akal inilah ilmu pengetahuan berkembang, bagaimanakah di level hati? Hati karakternya tunduk  seperti tunduknya alam semesta.

Maka hati tidak pernah bertanya, hati selalu memegang konsep haqqul yaqin, karenanya ciri kita yang bekerja di dalam hatinya akan dikuasai oleh hati.

akibatnya kita tidak bertanya, tapi  tumduk dengan yakin, ketika suatu pencerahan datang, Anda yang masih dilevel intelektual pasti akan bertanya.

Namun anda yang bekerja di level hati, paling-paling berkomentar, nyimak. tidak ada pertanyaan, lalu dengan yakin mengamalkan.

Bertanya itu akal, yakin itu hati. Berjalan menuju Tuhan adalah area hati, tindakan dan karakter hati adalah tunduk. Tidak bertanya silahkan, tetapi dalam urusan intelektual! Tapi jangan dalam urusan spiritual.

Saya kalau mengajar fikih, mengajar hadis, mengajar Nahwu Shorof, dan pelajaran pesantren atau pelajaran sekolah lainnya. Pasti saya beri waktu untuk bertanya, silahkan tanyakan. Karena itu intelektual.

Tapi ketika saya mengisi workshop spritual, saya ogah ditanya! Pasti saya komentarkan, tidak usah tanya kalau yakin amalkan saja, tidak yakin jangan digubris.

Karena kalau saya membuka pertanyaan, itu artinya saya mematikan hati para peserta, Anda hidup alam semesta menyediakan rezeki, Anda berpenyakit alam semesta menyediakan obatnya, Anda Jomblo alam semesta menyediakan jodohnya, dan Anda bertanya alam semesta menyediakan jawabannya.

>>> Pelet Pandangan Mata Tanpa Puasa <<<<

Jadi dalam spiritual, guru itu datang sendiri tidak usah Anda kejar-kejar! Kapan Anda sudah siap guru pasti datang.

Untuk mengembangkan spiritual, tugas anda hanya tunduk, seperti tunduknya alam semesta, dilevel spiritual ada bertanya, justru memberatkan diri Anda dalam pengamalan.

Seperti dalam kisah penyembelihan sapi betina dalam Alquran surat Albaqarah Ayat 67 - 73, melalui Nabi Musa Alaihissalam.

Kaum Bani Israel ditugasi menyembelih seekor sapi betina, Mereka bertanya;

Sapi betina yang seperti apa?

Dijawab oleh Nabi Musa sapi betina yang tidak tua dan tidak mudah, pertengahan!

Diantara itu mereka tanya lagi;

Apa warnanya?

Dijawab oleh Musa yang kuning, yang kuning tua dan menyenangkan orang yang memandangnya! Mereka tanya lagi;

Sapi betina bagaimana?

Kami tambah bingung!

Dijawab oleh Musa;

Sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah, dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat dan tidak ada belangnya.

Dan semua jawaban Musa Itu jawaban dari Allah melalui mulut Nabi Musa.

Anda bayangkan repotnya kaum Bani Israil!

Andai begitu ditugasi menyembelih sapi betina langsung yakin, resikonya tidak membesar! Bebas mau menyembelih sapi bagaimana asalkan betina. Gara-gara otak mereka bertanya kriteria Sapi betina yang diminta Allah, menjadi lebih  berat yakni sapi betina tidak tua, tidak muda, warna kuning kuning tua, menyenangkan orang jika dipandang, ditambah tidak pernah dipakai membajak, untuk mengairi tanaman, tidak cacat dan tidak ada belangnya.

Jadi repot sekali bukan!!?? 

Kesimpulan

Dalam dimensi spiritual sebaiknya jangan bertanya, makin banyak tanya makin ribet tugas kehambaan kita.

Lalu bagaimana pemecahan masalah spritual? Pada waktunya guru akan datang sendiri, karena Anda bertanya alam semesta telah menyediakan jawabannya.

Mari berserah, pasrah! kalau kita ingin berguru dalam spiritual, bukankah anda sering sengaja nonton YouTube, Buka tiktok, Buka Facebook. Lalu anda sering begini loh!

Ini konten kok sesuai jawaban yang saya cari ya! Begitulah guru itu datang sendiri

Kalau kita boro-boro tidak bertanya, ngeyel juga kerjaan kita! hehhe


Post a Comment for "Dalam Dimensi Intelektual Silahkan Bertanya, Spiritual Jangan Harus Yakin"